Jack Dogomo
7 min readJul 21, 2021

RINGKASAN SEJARAH PENEMUAN TIGA BUAH DANAU DI WILAYAH MEEPAGO PANIAI.

Ada beberapa danau besar di Tanah Papua sepertinya : Danau Ayamaru di Sorong, Danau Anggi di Arandai Ransiki Manokwari, Danau Jamoer diantara Kaimana - Nabire, Danau Roembebai di muara Mambramo Sarmi, Danau Habema di Wamena, Danau Paniai, Tage dan Tigi di Paniai...semua danau punya asal usul dan sejarah penemuannya.....!!!!!!!

Edisi khusus sekarang ini ringkasan singkat tentang catatan penemuan 3 buah danau tektonic yang berdekatan lokasinya di Wilayah Paniai....saya persembahkan buat adik adik dan anak anak muda Meepago sekarang dan dimasa mendatang terutama anak-anak pemilik danau...!!!!!!!!!!!!!!

Pada awal desember Tahun 1935 seorang Tokoh besar katakan saja Kepala Suku AUKI TEKEGE dari Modio Daerah Mapia mendapat kabar dari Kokonao, Uta, Umar dan Pronggo di Daerah Pantai Mimika Barat bahwa : Akan ada Tim Expedisi dari Pemerintah dibawah pimpinan Etnolog Tuan H. J. T. Bijlmer, ada juga yang ikut Perwakilan Pemerintah Tuan Van der Goot dan ditemani oleh Pastor Herman Tillemans MSC yang sudah dikenal oleh Auki Tekege sebelumnya dalam 3 x pertemuannya dari Kampung Umar / Potowai, Pronggo dan Uta.
Masyarakat yang membawa kabar gembira dari Pronggo Mimika buat Auki itu menyampaikan bahwa : rombongan Tim Expedisi akan tiba di Modio Mapia dalam jangka waktu diperkirakan 13 hari kedepan.

Begitu Auki mendengar informasi ini segera bergegas mengirim kurir sejumlah masyarakat untuk berangkat ke Lembah Kamoe, ke Daerah Tigi Deyai, Paniai sampai ke Kampung Kugapa. Kampung Kugapa adalah Kampung Suku Moni ( Migani ) di Daerah Suku Mee.
Rupanya semua Kepala Suku berkumpul di Modio Mapia memenuhi undangan Auki Tekege dalam rangka ingin bertemu dan bertatap muka langsung dengan orang orang asing yang belum pernah melihat sebelumnya itu.

Dalam perjalanan Kepala - Kepala Suku menuju ke Modio ada hal yang tidak diduga entah sengaja atau tidak rombongan Kepala Suku besar Weyakebo Mote dari Kampung Jaba Deyai membawa alat pendayung perahu pada hal di Daerah Mapia adalah daerah pegunungan tinggi yang tidak ada sungai yang airnya tenang untuk menyebrang menggunakan perahu apalagi danau..!!!
Orang orang utusan Auki yang ke Kampung Jaba sebelumnya pernah menyampaikan kepada Kepala Suku Weyakebo bahwa ada beberapa orang yang berbeda dengan kita seperti warna kulit putih, rambutnya kuning, mata biru dan badannya tinggi sedang dalam perjalanan dari Maikaii.

( Maikaii artinya Laut atau Pantai...Maikaii Pekuu = Lautan ) menuju Tobouhaa / Poribado tulisan sesuai dokumen. Tobouhaa / Poribado berarti sekarang Modio.

Dalam pemikiran Weyakebo bahwa kemungkinan kami akan ikut ke Maikaii atau kami akan dibawa oleh orang orang kulit putih itu ke Maikaii sehingga harus membawa alat pendayung karena mereka tahu maiikai adalah laut.

Sampai di Mapia bertemu dengan rombongan Tim Expedisi yang tiba dari Mimika tanggal 26 Desember 1935 di Modio setelah berangkat dari Kampung Pronggo tanggal 17 Desember menelusuri dan mengikuti sungai Jera ( Isagoo Awee ). Rupanya alat pendayung perahu ini menjadi perhatian khusus dan sangat menarik dari pandangan Tuan Bijlmer dan Pastor Tillemans sehingga mereka mencari tahu dan bertanya tanya lebih kedalam tentang alat pendayung ini....!!!!

Dalam catatan buku Tuan Bijlmer yang diterjemahkan oleh Kal Muller dalam bukunya yang berjudul mengenal Papoea : Weyakebo Mote menyampaikan dengan bahasa gerakan mimik atau bahasa Isyarat kepada orang orang Eropa yang baru kenal ini bahwa : Tempat tinggal kami, tempat berkebun kami, dipinggir danau besar, tiap hari kami mencari ikan di danau, jarak dari Poribado Modio ini 3 sampai 4 malam perjalanan bisa tiba di Tigi Pekuu, Paniai Pekuu dan Tage Pekuu... artinya bisa ditempuh dalam 3-4 hari dari sini langsung tiba dipinggir danau. Pekuu artinya Danau, Kolam atau sebutan telaga besar..dalam dialeg Bahasa Mee.

Tuan Bijlmer, Tuan Van der Goot dan Sang Pastor Tillemans sangat terkesan bahkan muncul punya niat besar dan kemauan keras untuk segera melihat Danau atau berkeinginan besar untuk mencapai di danau danau yang dimaksud Tuan Weakebo Mote itu.
Setelah 12 hari tinggal di Modio Mapia sejak 26 Desember 1935, maka selanjutnya pada tanggal 7 Januari 1936 Pastor Tillemans mengorbankan Perayaan Misa Kudus untuk pertama kalinya di Daerah Meepago di Tobouhaa Kadihopaa sekarang Modio sebagai tanda perpisahan, karena tanggal 8 Januari keesokan harinya Tim ini akan meninggalkan Modio untuk kembali ke Pronggo, Kokonao Mimika.

Pada tanggal 27 Januari setelah tiba di Kokonao segera mereka melaporkan hasil perjalanan ke Daerah orang Kapauku di Mapia Paniai kepada Tuan Kontrolir, Tuan HPB dan Asisten Residen Tuan DR. Cator di Fak Fak. Dalam laporannya lebih menekan atas alat pendayung perahu yang dibawa oleh rombongan Weyakebo Mote dari Kampung Jaba Deyai bahwa ada kemungkinan danau besar dibalik gunung yang masih buta dan gelap dalam Atlas bumi Niuw Guinea itu.

DR. Cator sangat tertarik juga dengan laporan catatan dari perjalanan Tim Expedisi ini sehingga Cator melaporkan juga kepada Tuan Residen di Manokwari dan Gubernur di Ambon Maluku karena saat itu West Niew Guinea masih dibawah kontrol Gubernur Maluku.
Tuan Residen dan Asisten Residen Fak Fak DR. Cator sangat penasaran dengan adanya berita lisan tentang keberadaan danau di balik gunung maka tidak menunggu waktu yang lama Pemerintah segera mendekati dan meminta Tim Sourvey Maskapai Petrolium Nederlands Niew Guinea ( NNGPM ) dengan spesifikasi Explorasi minyak bumi yang bermarkas di Kota Babo daerah pantai bagian selatan dari Bintuni Baii..( Teluk Bintuni ).

Tim Sourvey Minyak ini diketuai oleh : DR. Anton Colijn sehingga Expedisi ini dinamakan Expedisi Colijn awal Tahun1936 sebagai anggota Tim adalah : Frits John Wissel sebagai Pilot yang membawa pesawat Biever Sikorsky dan anggota Tim yang lain bernama : Jean Jacques Dozy DR. Ahli Geologi berkebangsaan Belanda....!!!!

Jean Jecques Dozy inilah orang yang pertama x mencapai Cartensz wide di lereng Gunung Nemangkawi Ninggok sekonyong konyong dihadapannya suatu pemandangan yang agak ganjil juga unik, ada sesuatu berwarna hitam yang muncul diatas permukaan tanah yang bercahaya ternyata adalah batu batu besar yang berkilauan warna warni yang tidak lain adalah seonggokan besar Biji Tembaga dan lempengan Emas berkwalitas tinggi yang sudah karatan berhamburan kaku disekitarnya. Tempat inilah yang sekarang dinamakan Perkampungan Banti dan gunung batu penghasil biji Tembaga ( Erstberg )di Tembagapura.

Laporan dari Asisten Residen Fak Fak tentang kemungkinan ada danau besar dibalik Pegunungan Weyland dan Charles Louis sudah didengar dan diketahui oleh Tim Expedisi Colijn dengan demikian tiba waktunya pada tanggal 30 Desember Tahun 1936 Kaptein Pilot Frists J. Wissel berkebangsaan Belanda bersama DR. Anton Colijn dan Jean Jacques Dozy berangkat dari Muara Sungai Aikwa Mimika tempat parkir pesawat Sikorsky pada Pkl : 11.00 Frits Wissel terbang mengangkasa menuju ke Kota Serui dengan tujuan Kaimana dan Babo, namun dalam perjalanan agak melenceng ke arah timur dari rute yang seharusnya entah sengaja atau tidak ternyata nampak dari kejauhan melalui jendela pesawat Sikorsky melihat sebuah danau kebiru biruan ditengah lembah yang luas....!!!!

Setelah menurunkan pesawatnya lebih dekat dengan permukaan tanah maka didepan mata terlihat bukan 1 buah danau tetapi 3 buah danau yang saling terpisah namun baku dekat maka mereka mengabadikan foto foto pemandangan yang indah itu karena mereka bertiga merasa bagaikan danau di daratan Eropa yang masih asli ekosistimnya. Mereka melihat ada tanda tanda kehidupan manusia disekitar danau karena ada kebun dengan beden beden tanaman yang teratur rapi, ada perahu dengan manusia diatas danau, ada rumah perkampungan, ada pagar kebun yang terlihat teratur lurus indah....!!!!!!!

Berikut ini ada cerita menarik dari masyarakat diseputaran danau danau pada hari penemuan tanggal 30 Desember 1936 oleh Frits Wissel dan teman temannya itu yang dikutip dari dokumen asli Kal Muller ialah : Munculnya seekor burung besi yang aneh unik tetapi ukuran besar terbang melintas diatas kepala mereka sontak menimbulkan aroma kepanikan yang pekat dan menakutkan diantara para penduduk asli suku Mee itu, baik yang sedang berada di darat maupun yang sedang berada ditengah danau Tigi, Tage maupun Paniai.

Pada saat pesawat Sikorsky melintas diatas danau para wanita yang sementara sedang memancing pada umumnya akan segera meloncat keluar dari perahu sambil menyelam menuju ke darat. Banyak perahu dibiarkan begitu saja bersama bahan makanan dan peralatan lainnya ikut terhanyut. Masyarakat yang berada di kebun lari meninggalkan kebun menuju ke hutan dan bahkan yang ada didalam rumah pun keluar lari mencari tempat persembunyian.....!!!!

Kejadian ini secara mendalam terukir dalam sanubari ke 3 orang dalam pesawat yang menyaksikannya. Maka sebagai tanda penghormatan kepada Sang Pilot Wissel Pemerintah Belanda bersama masyarakat seputar danau memberi Nama danau menjadi danau danau Wissel, dan Bahasa Belanda nama Danau, rawa atau lembah adalah Mer atau Meren sehingga nama danaunya sekaligus nama Wilayahnya diberikan nama : Wisselmeren.....!!!!!!!

Nama Wisselmeren dipakai cukup lama sejak diresmikannya Pos Pemerintah Belanda Ahkir bulan November 1938 di Enarotali...sampai bulan April 1973. Sesudah Pepera Tahun 1969 semua Nama yang berbau Belanda di seluruh Tanah Papua diganti oleh Pemerintah Indo melalui Presiden Soeharto termasuk Nama Wisselmeren yang punya jasa besar bagi Masyarakat Meepago itu.....!!!!!!!!!!!!!!..Masih mungkin kah nama ini dikembalikan ??????

Demikian catatan yang hampir tercecer ditelan masa untuk mengingatkan kembali Anak Anak Meuwodide / Meepago / Wisselmeren / Paniai.....!!!!!!!

KOYAO, KOHA, KOSA, AMAKIBAE, AMAKANE, AMAJAMBAE, KAONAK, AMOLLE, NIMAUME, YEPMUM, TELEPE.

Sumber dokumen dan Foto :

Foto dok : DR. Anton Colijn Expedition, Le Rouxs Expeditie, Bijlmer Expeditie, Kal Muller.
Diupload oleh : Eman Petege.

Jack Dogomo
Jack Dogomo

No responses yet